PAPERLESS SCHOOL SYSTEM MENUJU SEKOLAH ADIWIYATA
Oleh : Widiatmoko Herbimo
PENDAHULUAN
Tingginya kebutuhan terhadap kertas berdampak pada ketersediaan kayu dimana dalam industri kertas, kayu diolah menjadi bubur kertas (pulp) dan kemudian diolah lagi menjadi kertas. Para ahli lingkungan berpendapat bahwa rata-rata penggunaan kertas di perkantoran adalah sebanyak 0,5 kg kertas per orang per hari. Dengan jumlah pekerja di DIY sebanyak 3 juta jiwa-anggaplah setengahnya saja atau 1,5 juta jiwa yang bekerja dengan menggunakan kertas, maka kurang lebih sekitar 1 juta kg kertas yang dikonsumsi oleh aktivitas kerja setiap harinya. Jika untuk memproduksi 1 ton kertas membutuhkan 10 batang pohon, maka dalam satu hari ada 10.000 batang pohon yang ditebang demi konsumsi kertas aktivitas perkantoran di DIY saja. Perubahan gaya hidup serta penyesuaian akan perkembangan jaman menyebabkan penggunaan kertas terus meningkat, baik kertas untuk kebutuhan tulis/cetak maupun kebutuhan kertas untuk sanitasi, makanan/minuman dan penunjang gaya hidup lainnya.
Peningkatan kebutuhan kertas tentunya diiringi dengan peningkatan kebutuhan akan bahan baku dan bahan tambahan lainnya. Konsekuensinya adalah terjadi peningkatan limbah dari proses produksi kertas dan peningkatan jumlah kertas bekas. Untuk memenuhi kebutuhan kertas nasional yang besarannya sekitar 5,6 juta ton/tahun, diperlukan bahan baku kayu dalam jumlah sangat besar dan mahal. Kebutuhan ini tidak dapat tercukupi dari Hutan Tanaman Industri (HTI) Indonesia. Oleh karena itu melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Peraturan Menteri LH Nomor 5 Tahun 2013 membuat program Adiwiyata, yang bertujuan mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup melalui kegiatan pembinaan, penilaian, dan pemberian penghargaan.
Dengan adanya sekolah Adiwiyata diharapkan menjadi awal pijakan pembelajaran terhadap lingkungan sehingga dapat mewujudkan tujuan dari negara Go Green. Pada dasarnya Go Green adalah mengajak untuk melakukan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, efisiensi pengelolaan sampah, efisiensi penggunaan lahan, efisiensi penggunaan listrik, dan efisiensi penggunaan air. Untuk mewujudkan tujuan tersebut salah satunya adalah penggunaan Teknologi Informasi dalam menuju sekolah paperless.
SEKOLAH ADIWIYATA
Berdasarkan Peraturan Menteri LH Nomor 5 Tahun 2013, sekolah adiwiyata adalah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Sekolah Adiwiyata diharapkan melakukan program ini berdasarkan prinsip edukatif, pastisipatif, dan berkelanjutan. Kegiatan utama diarahkan pada terwujudnya kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Disamping pengembangan norma-norma dasar yang antara lain adalah kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup maupun sumber daya alam. Prinsip dasar Sekolah Adiwiyata adalah partisipatif dan berkelanjutan, dimana komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab, dimana seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komperensif.
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, maka diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakannya kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip dasar Program Adiwiyata yaitu partisipatif dan berkelanjutan. Pengembangan kebijakan sekolah tersebut antara lain :
- Visi dan misi sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
- Kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup.
- Kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (tenaga kependidikan dan non-kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup.
- Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam.
- Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat.
- Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait dengan masalah lingkungan hidup.
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para peserta didik dapat dilakukan melalui kurikulum secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan materi, model pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari. Pengembangan kurikulum tersebut dapat dilakukan antara lain :
- Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran.
- Penggalian dan pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar.
- Pengembangan metode belajar berbasis TIK, lingkungan, dan budaya.
- Pengembangan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peserta didik tentang lingkungan hidup.
TIK UNTUK PAPERLESS
Keberadaan teknologi informasi bagi suatu sekolah merupakan hal yang sangat penting. Dengan penerapan teknologi informasi secara tepat, suatu sekolah dapat memiliki competitive advantage dalam kegiatan pembelajarannya. Dalam tulisannya, Tjumina, mengutip dari majalah SWA, mengemukakan bagaimana cara membangun sistem teknologi informasi (TI) yang ideal, yaitu :
- Harus mengetahui visi dan misi sekolah. Sistem teknologi informasi yang dibangun harus sejalan dengan visi dan misi tersebut.
- Menentukan sistem teknologi informasi seperti apa yang dibutuhkan. Ini perlu dirumuskan dengan jelas, apakah teknologi informasi itu dibutuhkan secara sophisticated atau sekedar pendukung.
- Harus mampu memilih sistem teknologi informasi yang tepat, yang mampu mengakomodasikan semua kebutuhan sekolah. Di sini diperlukan adanya survey terlebih dahulu.
- Proyek teknologi informasi bukan sekedar proyek orang IT, tetapi harus menjadi proyek sekolah sehingga perlu melibatkan semua pihak dalam sekolah.
Pada penerapannya. teknologi informasi sangat terlihat manfaatnya yaitu dalam membangun infrastruktur untuk mengelola dan distribusi dokumen, berkas, laporan-laporan, yang kesemuanya akan terintegrasi langsung ke komputer. Sebagai contoh, pengiriman laporan melalui email akan berakibat pada pengurangan penggunaan kertas yang tidak perlu. Langkah pengurangan penggunaan kertas untuk aktivitas sekolah sudah teraplikasi dengan baik. Konsep ini dikenal sebagai paperless School. Paperless School adalah lingkungan sekolah di mana penggunaan kertas dihilangkan atau digunakan dengan bijak. "Going paperless" dapat menghemat anggaran, meningkatkan produktivitas, menghemat ruang, membuat dokumentasi elektronik, mempermudah berbagi informasi, dan meminimalkan penggunaan kertas. Adanya perkembangan teknologi informasi turut mendukung meningkatnya penerapan konsep paperless school di beberapa sekolah. Manfaat jika Paperless School System diterapkan, antara lain adalah :
- Efisien waktu
Kecepatan distribusi dan kecepatan pencarian menjadi karakteristik penting dari keberadaan Paperless School System. Keuntungan pada aspek waktu, akan terlihat jika individu-individu yang terlibat pada sistem ini terdistribusi dalam wilayah yang luas, dan memiliki mobilitas tinggi.
- Manajemen dokumentasi lebih baik
Dengan penataan data yang rapi, maka semua dokumen dapat terekam dan disimpan dengan baik. Jika suatu saat dilakukan pelacakan maka akan sangat terasa manfaat dari adanya Paperless School System ini.
- Kenyamanan kerja lebih baik
Aspek ini menekankan pada pola komunikasi yang cepat dan akurat yang dapat diwujudkan, sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman.
- Mendukung terjadinya keputusan yang lebih baik
Pada aspek ini dimungkinkan terjadinya penyajian informasi dan komunikasi yang lengkap, dan dapat dilakukan pelacakan permasalahan berdasarkan dokumen yang tersimpan secara rapi.
- Manajemen lebih terkendali
Maksud dari aspek ini yaitu bahwa penerapan Paperless School System dapat dimungkinkan jika aplikasi yang diterapkan menyertakan fasilitas evaluasi dan pemantauan setiap surat keputusan yang diterbitkan yang memerlukan laporan dan evaluasi hasil kerja.
- Membaiknya citra organisasi
Dengan semakin baiknya manajemen dan pelayanan yang diakibatkan dengan berbagai penyajian informasi yang akurat dan cepat, maka akan memberikan nilai positif bagi pihak manapun yang berhubungan dengan organisasi tersebut.
PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa Paperless School System dapat membantu sekolah, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan di Yogyakarta dalam melaksanakan nawacita-nya sebagai Sekolah Adiwiyata. Penerapan Paperless School System seutuhnya di masa depan akan bermanfaat bagi kualitas lingkungan yang lebih baik, juga dapat mempermudah urusan administrasi sekolah sehari-hari. Penerapan Paperless School System dapat kita lakukan mulai dari hal yang sederhana, misalnya mengurangi penggunaan kertas, dengan memaksimalkan penggunakan media pembelajaran berbasis android. Oleh karena itu, diharapkan adanya Paperless School System dapat mewujudkan SMK di Yogyakarta menjadi Sekolah Adiwiyata.
Widiatmoko Herbimo
Guru SMK Negeri 4 Yogyakarta
0 Komentar
Untuk mengirimkan komentar silakan login terlebih dahulu!